Psy - Gangnam Style

Sabtu, 16 Januari 2016

The Miracle Of Love

Story of my life searching for the right but it keeps avoiding me... alunan musik rock-pop yang di nyanyikan oleh Rihanna, masih terngiang di telingaku. Aku dibangunkan oleh sinar sang fajar yang menyapaku dengan senyum teriknya. Aku mulai beranjak dari tempat ternyamanku untuk melanjutkan hari yang telah menantiku. Aku mencintai musik, bisa dibilang tiada hari tanpa musik.  Cita-citaku pun ingin menjadi seorang penyanyi atau musisi, tidak untuk mendapatkan kekayaan atau ketenaran karena aku hanya mau menunjukkan kepada mereka kalau aku bisa menjadi yang terbaik. Aku Melia kini aku menginjak kelas XI di suatu MA Elite di kotaku , hidupku sama dengan musik, tak semudah membuat alunan nada yang indah, perlu banyak perjuangan merangkai kata-kata yang indah untuk dijadikan sebuah maha karya yang tak puas-puasnya untuk didengarkan, dan kadang setelah semua pengorbanan itu, musik juga kadang dibenci. Itulah musik, yang selaras dengan kehidupanku.
Aku memang perempuan namun aku sangat cuek akan penampilan, aku selalu bertata alakadarnya. Karena aku sangat sibuk dengan banyak kegiatan di sekolah. Tubuhku lebih gemuk dibanding anak seusiaku mungkin karena aku tidak begitu memperdulikan pola makan, kulitku hitam karena biasa berada di tempat yang panas dan mungkin karena kebanyakan ikut ekskul diluar jam pelajaran dan diluar ruangan kali ye ? Dan selalu terlihat santai dalam keadaan apapun. Tak satupun yang mendekatiku selain lima temanku yang memang sudah berteman sedari kecil denganku.
Tak ada laki-laki mendekatiku, dan itu ku anggap wajar karena memang tak mungkin ada yang mau dengan ku yang seperti ini, aku tak pernah dipuji dalam hal penampilan. Dan aku menyadari akan hal itu, banyak yang mencelaku, mencemooh setiap penampilanku yang seperti gembel atau apalah. Namun dengan membusungkan dada dan menegakkan kepala aku hanya melempar senyum pada mereka yang membenciku.
Sampai suatu hari karena kecerobohanku yang lari menuju ke sekolah karena jam menunjukkan pukul 06.45 WIB, yang berarti 15 menit lagi gerbang sekolah akan ditutup. Aku ditabrak oleh sesosok laki-laki yang tampan dan cool dengan pakaian layaknya seorang guru, namun dia sama sekali tak terlihat seperti guru, dia lebih mirip artis terkenal Mario Maurer asal Thailand, aku terjerembab tepat dibawah laki-laki tersebut. “Maaf, mari saya bantu” Ucapnya menggoyahkan lamunanku. “Iya, maaf kak saya buru-buru”Jawabku sambil menundukkan kepala. “Jangan buru-buru mangkanya, hati-hati” diapun kutinggalkan, aku hanya menjawab dengan senyuman. Dan melanjutkan berlari menuju sekolah. Untung saja setelah aku menginjakkan kaki di dalam sekolah bell baru berbunyi. Aku langsung menuju kedalam kelas dan mengikuti pelajaran disana.
“Untung aja lo gak telat Mel” Ucap Tiara yang duduk dibangku ku dan sesegera pindah dari sana. Beberapa saat kemudian datanglah bapak kepala sekolah bersama sosok laki-laki yang tak asing lagi. “Itu kan?...” kataku pelan. “Kece banget tuh cowok? Tapi kok mau ya jadi guru? Tampang-tampang kayak dia mah lebih pantes jadi artis” Cerocos Netta. “Huss, tuh mulut yee” timpal Lisa. Pak Kepsekpun mulai membuka pembicaraan “Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarrakatuh”
“Wa’alaikum salam Warohmatullohi Wabarrakatuh” Jawab Para siswa termasuk aku dengan serempak.
”Maaf mengganggu waktunya sebentar. Tolong didengarkan, saya akan memperkenalkan guru baru disini beliau adalah guru Olahraga pengganti pak Surya dia juga akan membimbing kalian di bidang  konseling alias beliau juga akan menjadi guru BK kalian. Silahkan pak perkenalan dulu”  Lanjut pak Kepsek
“Iya, Assalamu’alaikum Warahmatullahi wabarrakatuh, perkenalkan nama saya Edwin Pudja Ramadhan, bisa dipanggil Pak Edwin. Untuk perkenalan selanjutnya saat saya mulai mengajar saja, terimakasih.Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh” Ucap guru kece Tersebut.
“Baik terimakasih atas waktunya wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh” tutup pak kepsek pagi itu. “Wih keren tuh guru, kayaknya sih belum nikah, orang masih muda gitu. Wihh gua mau banget jadi ceweknya. Kira-kiraa.....” Cerocos Netta “Hussss stop diem!!! Pertanyaannya, dia mau gak jadi cowok loe?” Sahut putri yang disambut gelak tawa kami ber lima. Entah mengapa tiba-tiba aku merasa ada yang aneh dengan sosok laki-laki tersebut. Namun semua perasaan yang aneh ku coba tepis perlahan agar tidak menjadi beban fikiran.
Hari-hari selanjutnya berjalan seperti biasanya hanya saja ada satu hal yang mengganjal dihati, entah apa, namun ini terasa aneh. Perasaan yang sebelumnya tak pernah kurasakan, kenapa saat aku bertemu dengan guru yang seminggu lalu baru masuk sebagai guru BK dan Olahragaku itu aku merasa aneh? Apalagi saat senyum itu dilemparkan padaku ,Terasa ada yang berguncang di dada? Apa ini? Namun aku hanya bisa diam karena aku malu bila curhat keteman-teman tentang apa yang aku rasakan.
Sampai pada satu sore, saat itu aku pulang terlambat karena harus mengikuti rapat OSIS dahulu, maklumlah aku di Organisasi tersebut punya jabatan menjadi Waketu (Wakil Ketua) jadi aku harus aktif di Organisasi tersebut. Akibat dari pulang telat, aku udah ditinggal sama Siska, so alamat pulang pakai jasa ojek deh. Waktu menunjukkan pukul 16.00 WIB, tapi aku belum nemuin ojek, saat lagi bingung-bingungnya, entah ada angin apa yang membawa pak Edwin mau memberi tumpangan padaku.

“Melia kan? Kok belum pulang” Ucapnya mengagetkanku.“Eh pak Edwin, i..iya pak saya nunggu ojek lewat, tapi dari tadi enggak ada. padahal udah hampir 1 jam nungguin” Jawabku sedikit gugup,“Yaudah, saya antar ya. Nanti kamu tunjukin ya arah rumah kamu?” Sahutnya.
Serrrrr darahku seakan mengalir dengan cepat, yang kurasa hanya dag dig dug derrr.. aku mau bilang apa? Nolak ya sayang banget, kalo mau yaa , mau banget lah akhirnya ku terima tawaran pak Edwin yang tak di duga-duga tersebut.
Saat berada diatas motor bersama pak Edwin, entah mengapa mulutku susah sekali di buka, aku hanya merunduk dan berharap lekas sampai. Tanganku serasa seperti batu es, dingin banget. Tubuhku entah mengapa sedari tadi bergetar tak karuan. Kenapa ini? Apa aku mau sakit ? aku hanya diam. Sampai satu ucapan pak Edwin mengagetkanku.“Kamu kenapa diam saja? Kamu sakit?” ucapnya pelan.“Engg enggak pakk, saya enggak kenapa-kenapa. Cuman saya lagi kedinginan saja” jawabku terbata-bata.
Entah apa lagi ini, aku kaget banget saat pak Edwin tiba-tiba meminggirkan motornya dan dengan sigap mencopot jaket yang ia kenakan dan memberikannya padaku.“Pakailah , supaya kamu enggak kedinginan” Ucapnya.“Enggak usah pak, saya gapapa kok” Sahutku sambil tetap menundukkan kepala.“Udah pakek aja, bapak enggak bakal kedinginan, atau kamu mau bapak turunkan disini?”Ancamnya.Tanpa pikir panjang, ku kenakan saja jaket kulit berwarna hitam dengan sentuhan warna putih di bagian-bagian tertentu tersebut.“Terimakasih pak” Ucapku dengan melempar senyum namun masih dengan menundukkan kepala.
Beberapa menit kemudian, sampailah kita pada tujuan.“Ini rumah kamu? Cepat masuk sana, katanya kamu kedinginan” Ucap pak Edwin.“Ini jaketnya pak, terimakasih sudah mau mengantar saya” Timpalku lembut.“Iya, sama-sama” Jawabnya.“Pulang telat lagi ya kalo bisa” Tambahnya lirih dan terdengar samar-samar. Apa maksudnya? “Apa pak?” Tanyaku penasaran.“Nggak ada, bapak pulang dulu ya. Assalamu’alaikum” Tanpa menunggu jawabanku dia pun melesat dengan cepat.“Wa’alaikum salam” Jawabku sembari berlari masuk kedalam rumah.
Semenjak saat itu, aku jadi lebih akrab dengan pak Edwin. Aku juga sering diantar pulang saat aku pulangnya kesorean atau udah ditinggal sama siska. Entah mengapa pak Edwin selalu memotivasiku untuk menjadi lebih baik. Semenjak aku mengenalnya, dan lebih dekat dengannya, aku jadi lebih memperhatikan penampilan, aku sekarang lebih rajin olah raga, lebih menjaga asupan gizi yang ku makan dan lebih memperhatikan fashion. Entah kenapa? Sampai akhirnya berat badanku sedikit susut dan kulitku tampak memutih itu sih yang dibilang sama teman-teman. Sekarang tiada lagi yang memanggilku buntelan, penggorengan atau apalah. Prestasiku juga meningkat pesat, awalnya nilai-nilai ulanganku selalu kurang bagus. Tapi karena semangat dan dorongan darinya aku jadi lebih giat dalam belajar. Dan akhirnya aku mendapat peringkat kedua di semester ganjil ini. Selain itu aku sekarang juga diangkat menjadi Gita Patih di grup Drumband sekolah, mungkin karena perubahan tubuhku yang drastis dalam janga waktu 6 bulan ini. Masih banyak perubahan yang aku rasakan dari perkenalanku dengan Pak Edwin, mengikuti kontes bernyanyi hingga mendapat juara 1 pun pernah. Itu karena pak Edwin tak henti-hentinya memuji dan menyemangatiku ketika aku sedang melakukan hoby ku itu. Aku bersyukur bisa mengenal sosok Pak Edwin.
Sampai 6 bulan saat kita sudah saling kenal dan dekat,untuk pertama kalinya pak Edwin memberikan aku dua lembar kertas dilipat rapi dan diberi pita warna biru kesukaanku sebagai pengikatnya yang ia selipkan diantara buku LKS Penjaskes milikku yang telah selesai ia nilai. Sampainya dirumah, aku segera masuk dan megunci kamar. Dengan tubuh yang bergetar hebat, aku mulai membaca isi surat tersebut.
“Assalamu’alaikum Adik Melia.
Yang pertama, saya mau meminta maaf kepada adik kerena sudah tidak sopan seperti ini, lancang memberikan adik sepucuk surat ini lewat buku yang adik kumpulkan seminggu lalu. Namun saya ingin dan harus menyampaikan suatu hal yang tidak bisa dan tidak kuasa saya ungkapkan secara langsung kepada adik.
Oh iya dik, sebenarnya saya kurang suka adik panggil saya dengan sebutan Bapak, karena saya masih 23 tahun, lagian saya kan nggak tua-tua amat kan untuk dipanggil mas oleh adik. Maafkan saya lancang memanggil kamu dengan sebutan adik disini. Panggil saya mas bila diluar pelajaran atau jam sekolah.
Dik, ada hal yang harus adik tahu. Saya suka dengan adik, saya menyukai adik sebelum adik menjadi seperti ini. Dulu lebih tepatnya setahun lalu sebelum saya menjadi guru disini, saya adalah mahasiswa di Universitas dekat dengan sekolah ini. Sampai akhirnya saya tahu tentang adik. Satu tahun saya mencari tahu tentang adik.
Enggak usah tanya bagaimana saya mengetahui adik, Nasi Goreng, Jus Melon , Avril Lavigne, Innocence, Mimpi Yang sempurna, Cinta Dalam Hati, Unfaithful, Biru, dan semua kesukaan adik, saya tahu semuanya. Entah magnet apa yang menarikku untuk lebih mengenal adik. Sampai akhirnya saya melamar menjadi guru di sekolah adik. Adiklah motivasi saya, sebelum mengenal adik , saya orangnya pemalas. Tapi entah mengapa setelah mengetahui tentang adik semangat saya terbakar sampai akhirnya saya bisa lulus dari Universitas saya dan menjadi guru di sini.
Pasti adik kaget, mangkanya saat pertama kali adik tau saya, ingat saat adik tertabrak seorang laki-laki berpakaian guru 5 bulan 1 minggu yang lalu, awal saya bekerja disini. Itu memang saya sengaja, agar adik melihat keberadaan saya. Dan saya senang saat mendapat senyum adik untuk pertama kalinya.
Pasti sekarang adik bertanya-tanya, apa yang saya suka dari adik? Dan akan saya jawab. Apa yang saya suka dari adik, pertama, adik orangnya gigih, adik tak pernah mengeluh dalam hal apapun sekalipun itu merugikan bagi adik, kedua adik orangnya pantang menyerah. Terlihat pada usaha adik dalam membangun OSIS di sekolah adik. Ketiga, adik orangnya tegar dan PD, saya tahu gimana rasanya di kucilkan, di hina dan di hujat karena fisik kita buruk dimata orang lain, tapi adik dengan ikhlas dan sabarnya hanya membalas mereka dengan senyuman. Dan masih banyak yang saya suka dari adik.
Adik, saya tidak menuntut adik harus membalas rasa yang saya miliki tapi saya hanya ingin terus berada dekat di sisi adik. Saya hanya tak ingin jauh dari adik. Sekalipun adik tidak dapat saya miliki. Maafkan saya bila ada kata-kata yang menyinggung perasaan adik. Dari sini saya cukupkan isi surat ini. Tidak usah dibalas surat ini.
Wassalamu’alaikum Adik Melia
Salam Sayang
Edwin”
Aku seakan melayang, kuhempaskan tubuhku keatas ranjang, aku hanya diam dan tak percaya dengan isi surat tersebut. Isi surat itu membuatku tak lapar, bahkan aku tak menyentuh makan siang dan makan malamku. Aku hanya duduk di balkon kamarku dan terus membaca isi surat tersebut. Apa ini? Aku masih tak percaya.
Sampai pada keesokan harinya dimana aku ingin menceritakan ini semua kepada kelima sahabatku, namun alangkah terkejutnya aku saat mendengar pernyataan Lisa pagi itu.“Guys aku pengen cerita nih ke kalian” Ucapku bersemangat pagi itu.“Ga mau, aku dulu, dengerin ya, guys. Aku pengen jujur sama kalian dan aku mau minta pendapat sama kalian. To the point aja yah. Aku.... sukaa samaaa...... guru Olahraga kitaaa pak Edwin” Ucap Lisa dengan menggebu-gebu.
Glek, rasanya ada yang patah dalam diri ku, pupus sudah harapanku untuk menjadi nyonya Edwin, aku ga mungkin nyakitin sahabatku sendiri. Seketika wajahku berubah menjadi pucat pasi , tubuhku serasa kaku dan mengeluarkan keringat dingin. Aku hanya diam dalam sesaat.“Mell, Meliiaaaa” Panggil Lisa yang sontak mengagetkanku.“Mel , kamu kenapa?” Ucap Netta yang kaget melihat muka ku yang memucat.“Kamu sakit ya mel? Oh iya, katanya kamu juga mau cerita? Cerita apa?” Timpal Putri.“Enggak kok, nggak jadi. Aku gapapa. Oh iya lanjutin donk cerita kamu Lis” Jawabku melemah namun masih menyelipkan senyum pada ucapanku. “Aku lanjutin ya, aku suka sama dia nih, Mel kamu kan yang deket tuh sama dia, tolong donk bantuin aku supaya jadi sama dia” Ucapnya memanja.“Iya nanti ku bantu” Jawabku singkat
Bel berbunyi, pak Edwin pun memasuki ruang kelas ku karena memang pagi itu ada jadwal pak Edwin di jam Pertama. Aku yang semula duduk di bangku temanku langsung beranjak, namun saat kucoba berdiri aku tak kuasa menopang tubuhku sendiri, mataku terasa berat, kepalaku pusing sekali, akhirnya aku pun tak sadarkan diri.
Beberapa jam kemudian aku membuka mataku kembali.
“Kamu sudah siuman dik? Kamu tak apa? Kamu mau diambilkan apa? Masih pusing? Atau apa?” Ucap pak Edwin yang nampaknya sangat mengkhawatirkanku.“Saya tidak apa-apa, dimana teman-teman saya?” Jawabku dengan nada lemah.“Teman-teman kamu ada diluar, mereka mencemaskan kamu, kamu kenapa bisa sampai seperti ini?” Tanyanya masih khawatir.“Tidak apa pak” Jawabku singkat.
Aku masih terdiam, aku masih terfikirkan kalimat Lisa tadi, apa benar dia menyukai pak Edwin? Kalo benar, apa aku tega menyakiti hatinya hanya untuk kebahagiaanku? Ku lirik pak Edwin yang terlihat cemas menungguiku di sudut UKS. Dengan usahaku, aku mencoba bangun dari tidurku. Pak Edwin yang mengetahui kesusahanku, dia dengan sigap membantuku untuk duduk. Dia melempar senyum padaku. “Bapak bawa Bulpoint enggak sama kertas” Ucapku lirih
“Ada, nih. Untuk apa?” Jawabnya sembari mengulurkan secarik kertas dan bulpointnya.
Aku hanya diam dan mengambil kertas berserta bulpoin yang ia julurkan dan menuliskan suatu alamat yang harus ia datangi. Aku berikan kertas itu padanya, dan aku memintanya agar membawaku ke teman-temanku.
Malam harinya, karena aku tidak diperbolehkan keluar malam karena badanku yang kurang fit, aku mengajak putri untuk ikut denganku menemui pak Edwin, sebelumnya aku menyuruh Putri agar bisa menjaga rahasia ini.
Sesampainya di taman, aku dan putri langsung menghampiri pak Edwin, malam itu dia terlihat tampan sekali dengan menggunakan kemeja biru laut dengan celana kain khas guru, dia mungkin tidak terlihat seperti guru, namun seperti artis Thailand.
“Busyeettt, nih guru cakep amat ya, kamu mau ngapain ketemu dia?” Bisik Putri terkagum-kagum saat bertemu pak Edwin.“Udah , diem, kamu udah janji kan tadi” Sahutku
“Assalamu’alaikum, ada apa adik menyuruh saya kesini?” Tanyanya dengan nada sopan.“Wa’alaikum salam. Pak , kita harus membicarakan sesuatu, maaf saya mengajak teman saya, karena saya tidak di perbolehkan keluar sendirian.” Ucapku terputus.“Saya tidak bisa menjadi bagian dari hidup bapak, saya tidak bisa menghancurkan perasaan sahabat saya pak” Sambungku dan tak terasa mengalir lah air mataku.“Tapi, adik juga menyukai saya bukan? Semua usaha adik untuk terlihat seperti sekarang itu juga karena saya bukan?” Tanyanya tak percaya.“Saya memang suka sama bapak, tapi saya tidak bisa menyakiti hati sahabat saya sendiri hanya untuk kebahagiaan saya” Ucapku sesenggukan menahan tangis.“Tapi, kamu akan lebih egois karena kamu akan menyakiti dua hati sekaligus Melia. Hatiku dan hati kamu sendiri!” Jawabnya tegas.“Mel, kamu gila ya, pak Edwin itu serius loh. Apa kamu tega buat nolak dia? Kamu harus tau kalau sebenarnya pak Edwin ini adalah anak dari kakak Ibuku, maaf sebelumnya, aku tak bermaksud menengahi urusan kalian,dan maafkan aku, maaf mel, aku enggak pernah bilang siapa dia sebenarnya. Karena dia sendiri yang meminta agar identitas dia yang sebenarnya di rahasiakan. Tapi kamu harus tau kalau pak Edwin selama ini selalu memperhatikan kamu, dia berjuang keras untuk segera lulus dari Universitasnya yang udah lebih dari 6 tahun dan segera melamar menjadi guru di sekolah kita, itu cuman buat bisa ketemu kamu terus Mel. Dia tahu banyak hal tentang kamu tuh dari aku! Maaf sudah lancang, tapi itu karena aku percaya sama dia kalo dia beneran sayang sama kamu! Selain dia pengen selalu ketemu kamu, dia juga pengen merubah kamu seperti apa yang kamu mau. Dia ingin memotivasi kamu seperti kamu menjadi motivasi dia Melia....” Kata Putri yang mulai angkat bicara karena dari tadi hanya terbengong-bengong.“Beneran Put? Tapi meski begitu biarkan sajalah, pak, kalau bapak sayang sama Melia, bapak harus melakukan satu hal yang bisa buat Melia percaya sama bapak!.” jawabku dengan suara yang sudah semakin serak karena sedang menangis juga.“Apapun akan saya lakukan agar Adik percaya kalau saya benar-benar tulus dengan adik!” Jawabnya dengan tegas.“Jadikanlah Lisa sebagai kekasih, cintai dia dengan tulus pak. Saya tak mau menyakiti kebahagiaan dia. Karena saya tahu kebahagiaan dia hanya bersama bapak” ucapku dengan jelas.“Kamu memang sungguh baik hati Melia. Baiklah kalau itu mau kamu, saya akan menjadikan Lisa sebagai kekasih saya. Itu tanda kalau saya sangat mencintai kamu. Dan ingat, saya akan tetap dan selalu mencintai kamu Melia. Aku harap kamu pun begitu.” Jawabnya dengan rasa kepasrahan.
Akupun berlalu meninggalkan dia, kutarik tangan Putri dan sesegera mungkin mengajak dia pulang
Dalam perjalanan pulang,  aku tak henti-hentinya bercerita panjang lebar kepada Putri. Dan dia satu-satunya sahabatku yang mengetahui ini semua dan ku paksa berjanji agar tidak menceritakan pada siapapun.
Keesokan harinya.
Aku langsung mendengar kabar bahwa Lisa dan Pak Edwin jadian. Aku hanya tersenyum kecil dan berpura-pura ikut bahagia dengan kabar tersebut. Aku terus menyembunyikan semua yang telah terjadi di belakang Lisa.
Tak terasa hampir satu tahun sudah Lisa dan Pak Edwin menjalin hubungan, dan akupun menginjak kelas XII. Sudah beranjak dewasa juga kita, pak Edwin memang sosok yang setia, namun tetap saja, disetiap ada kesempatan, aku sering kali menemukan pak Edwin sedang memperhatikanku. Hanya saja aku tidak pernah mencoba menggubris sikap pak Edwin tersebut, agar Lisa tidak curiga dengan apa yang pernah terjadi. Semua rahasia tertutup rapat sampai saat itu.
Namun pada suatu hari karena kecerobohanku. Buku Diary ku tertinggal dikelas dan saat itu dikelas hanya tinggal Lisa dan Putri, mereka berniat mengembalikan itu pada ku, namun pada saat buku itu diambil, ada kertas-kertas yang jatuh. Ternyata itu adalah surat yang diberikan Pak Edwin satu setengah tahun lalu.
Lisa membaca isi surat tersebut dan isi buku Diaryku. Sore harinya dia datang kerumahku dengan mata sembab. Entah apa yang terjadi, dia memelukku erat dalam bilikku.
“Kamu kenapa? Apa Pak Edwin nyakitin kamu?” Tanyaku penuh rasa penasaran dan khawatir.
“Kamu jahat, kenapa kamu merahasiakan ini semua?” Sembari memberikan buku diaryku.
“Jadi kamu ....” Jawabku terputus.“Kamu kenapa bohong seperti ini padaku ? aku sayang kamu, kalau aku tau kalian sama-sama suka, aku ga mungkin tega jadi jarak diantara kalian” Ucapnya sambil memelukku erat.“Maafkan aku, aku hanya nggak mau kamu tersakiti Lisa” jawabku dengan nada lemah.“Udah-udah, nangisnya udah, sekarang kamu ikut aku.” Ucapnya langsung menarikku menuju mobilnya. Dengan secepat kilat dia membawa mobilnya menuju stasiun. “Mau dibawa kmana aku ?” Tanyaku penasaran. “Pak Edwin mau pulang, dan dia enggak akan kembali lagi” Jawab Lisa dengan nada yang sangat meyakinkan.
30 menit berlalu, akhirnya kira sampai di stasiun itu. Untung saja tidak meleset dari jam pemberangkatan pak Edwin, aku berlari sekuat tenaga untuk menemui dia. Aku hendak berucap kalau aku juga mencintai dia. Dan akhirnya ku temukan dia, ku pegang erat tangannya dan berkata...“Mas, aku mencintai kamu mas, maafkan aku tak pernah bisa membahagiakan bapak selama ini. Maafkan aku yang telah meragukan mas. Mas tau kan kenapa? Mas saya mohon jangan pergi Mas, saya mau Mas disini. Menemani saya. Saya mohon Mas” ucapku sambil memegang tangannya erat seakan tidak mau melepaskannya lagi.“Melia, saya juga masih mencintai kamu, lama sekali saya menunggu kata-kata yang seperti ini dari bibir kamu, saya merindukan kamu. Saya juga senang sekali akhirnya kamu bisa memanggil saya dengan sebutan Mas bukan Bapak. Saya mencintai kamu” Ucapnya dengan nada yang  terdengar bahagia.“Udah jadian aja, toh kalian serasi kok (” Ucap Lisa yang sontak membuat pak Edwin kaget.“Kamu Lisa, kamu disini juga? Jadi kamu yang memberi tahu kalau hari ini saya mau pulang untuk menjenguk nenek saya yang sedang sakit?” Ucap pak Edwin.“Jadi, Pak Edwin pulang untuk jenguk neneknya? Bukan untuk pulang dan ga kembali?” Tanyaku masih diselimuti rasa penasaran.“Iya lah, emang kamu di bilangin apa sama Lisa? He ? jangan percaya kamu sama dia :D” Jawabnya disusul tawa Lisa.“Lisa kamu .. ihhhh jahat iiihhh” Ucapku sambil mencubit pipi Lisa.“Tapi seneng kan, ciyee yang baru jadian ciyee” Ejek Lisa yang membuat pipi ku memerah.
Akhirnya aku dan Pak Edwin menjalin hubungan, namun tetap hubungan ku dengan dia , kujadikan motivasi agar aku bisa menjadi lebih baik kedepannya. Sampai akhirnya aku lulus dari sekolah MA itu, sekolah yang telah menjadi sejarah transformasiku, dari Melia yang dulu hingga Melia yang telah banyak mengukir prestasi seperti sekarang. Aku lulus dengan predikat nomor 2 di sekolah. Itu menjadi hal ajaib yang tidak terduga sama sekali.
Selepasku lulus dari sekolah itu aku diberikan kejutan oleh pak Edwin. Dia melamarku tepat di hari ulang tahunku yang kebetulan jatuh di hari Haflah Akhirussannah (Perpisahan). Aku menerimanya namun dengan syarat, dia harus menungguku hingga aku menyelesaikan studyku di Universitas dia dulu. Dan diapun mengangguk tanda setuju. Dialah Motivator dan Motivasiku, dialah saudara dan temanku, dia kekasih dan cintaku. Itulah aku dengan cintaku, terlalu banyak akan rintangan dan pengorbanan, namun pengorbanan yang akhirnya merangkai kebahagiaan. Kebahagiaan yang tidak pernah terimpikan. Sebelumnyaaa..... :)

Selasa, 22 September 2015

Cerita Awal Hidup Ku :D



Hai hai^_^ 
Apakabar kalian, baru beberapa menit doang udah tanya kabar aja yah eke wkwkwk, oke nyampe mana tadi aku, mau cerita apa yaahh,,
Aduh kenapa tiba-tiba amnesia begini???
Wkwkwk, kaga-kaga, aku mah orangnya suka banget becanda tau, okay lanjut, so begini gaes, aku bakalan cerita dari awal mulanya aku banget yahh, jadi aku tuh orang baru di desa aku, aku bukan asli orang sini, lahir di desa ibu tapi menetap di desa ayah, so ya sebenernya aku memang bukan asli desa sini. Aku engga pinter ber sosialisai atau ber interaksi sama orang, dirumah juga aku dirumahh mulu, oh iya aku pindah kesini pas umur 3 tahun wkwk, jadi udah sekitar 14 tahun lah disini, lama yah tapi engga punya temen yang bener-bener temen disini mah wkwkwk.
Mungkin karena itu tadi, tapi itu mah dulu gabisa interaksinya, semenjak ikutan OSIS di sekolah mah jadi bisa lah ngomong sama orang, lah nanti aku juga bakalan share tentang pengalaman aku ikutan OSIS wkwk, udah banyak nih yang mau aku share juga tapi yahh, antree lah, bikinnya pake hati dan memori soalnya hehehe.
Oke Lanjut.
So kan disini aku tuh cuman punya dua temen doang, dua doang, satu cewek satu cowok, tapi itu dulu *mau flashback dulu:-D
So kan cuman 2, dulu yang cewek aku kenal dari pertama menginjakkan kaki disini, dia baik, sama lucunya kayak aku, hanya saja dia lebih cantik daripada aku, itu yang membuat banyak yang ingin berteman dekat dengannya, entah kenapa enggak ada yang suka kalau dia dekat dengan ku, selalu ada saja yang menghasut dia supaya menjauhiku, bahkan para orang tua mereka banyak yang ikut serta menghasut temanku itu agar dia menjauhh, oh God, pada kenapa ya? Engga suka banget gitu lihat aku seneng,,
Entah ada masalah apa dengan orang tuaku, tapi orang-orang sini tuh banyak yang engga suka sama mamah, gatau deh, itu masalah mereka, yang penting engga sampe nyakitin banget ajalah.
Ehh udah di posthink in malah apa yang tak pernah aku bayangin terwujud, di tahun 2009, kehidupan keluargaku, terasa di titik terlemahnya, banyak kejadian yang hendak meruntuhkan keluarga ku, aku tak mau, salah satunya menjauhnya sahabatku yang cewe tadi, aku heran, kenapa dia sejahat itu? kenapa mereka pun sejahat itu? apa salah kami??
Tak cukup dengan itu, aku tadi sempat bilang kan kalau aku punya dua sahabat, yang atu ce, yang udah aku ceritain nah sekarang yang cowok. Okay , dia itu siswa dan orang baru di sekolah dan desa aku, dia manis, dia baik, dan lagi-lagi banyak yang enggak setuju atau enggak suka aku berteman dengan dia, termasuk ibunya sendiri, okay Fine, apa aku terlalu najis kali ya, sampai semua orang seperti ini kepadaku, di sekolah enggak punya temen di rumah juga, salah apa sih aku, ini kutukan apa gimana??? Tapi temen aku yang cowo ini, hero banget dah buat aku, but yaahh, dia harus di pindahkan sekolahnya ke luar kota, entah kenapa, tapi itu menjadikanku semakin kesepian, aku tak punya siapa-siapa lagi selain keluarga aku, untung ada adik kecilku yang yah setidaknya bisa jadi pengiburku di kala aku lagi kesepian dan kesedihan yang ada, masa-masa SD yang mengerikan, mungkin ada beberapa part dimana itu menjadi memory terindah untukku, mungkin part-part itu saat aku masih bersama LP dan DNWS tapi semenjak mereka menjauh, hidup aku rasanya sepi dan terpaksa semuanya harus aku lewati sendiri.
Okey nyampe disini dulu yahh cerita aku, nanti minggu depan tepatnya aku akan sambung lagi dengan cerita di masa SMPku okayy dan yang lain, okayy^_^
Leave Your Comment^^

Perubahan Blog



Oke Aku akan memulai semuanya dari awall gaess :v
Kenalin Sob, nama aku Desy Lusiana, terserah sih mau di panggil apa, nama panggilan di rumah biasanya sih Lusi, kalau di sekolah ada yang panggil desy, ada yang panggil lusi, kalo di sosmed kebanyakan sih manggil eke Desy, *Jujur eke ga nyaman di panggil Desy,apalagi kalo depannya doang duhh risih, tapi whatever lah wkwkwk.
Banyak omong yahh aku:D yahhh That’s me, tapi aku mah banyak omongnya kalo doang kok, aslinya mah pendiem *ehemm wkwkwk. Okay, lanjut, aku tinggal di Mojokerto, Jawa Timur, untuk info yang lain tentang aku kalian bisa Follow Akun Twitter Aku @DesyyEmon atau Add Fb Aku Desy PudjaRamadhan sama Desyy Lusiana, aku ga punya IG tapi ada Ask FM Namanya sama kayak twitter, Aku Ada LINE juga, udah dah ah, malah Promote Akun Sosmed wkwkwk. Yah kalau pengen tanya-tanya kalian bisa lah kirim E-Mail atau apalah-apalah wkwkwk.
So lanjut, enaknya bahas apa yah?
Oh iya disini kalian bisa curhat-curhat juga loh, jangan sungkan-sungkan, amannn terkendali, kalau pengen sharing bareng juga bisa, yahh disini aku cuman pengen berbagi aja dengan sesama umat manusia, yang sama-sama pernah mengalami peristiwa-peristiwa, perasaaan-perasaan enggak menyenangkan atau tidak mengenakkan.
Jujur secara fisikly, aku bukan cewek cantik, aku bukan cewek sexy, aku bukan cewek pandai, aku bukan wanita yang di idam-idamkan sama laki-laki, aku yakin 100% bahwa gada satupun cowok yang berharap jadi pemilik hatiku saat ini, bahkan 99,999%  dulu yang pernah kopdar sama aku pada kabur wkwkwk, but yaahhh whatever, this is me, this is myself, aku sih orangnya fine fine aja yah, tapi yahh mungkin mereka yang membuatku merasa sakit akan merasakan hal yang sama juga kelak, aku gatau sih, aku ga dendam juga, tapi ya semoga saja Tuhan tidak menghukum mereka :p
Di dunia maya memang aku memiliki banyak teman, di sekolah pun begitu, di rumah juga tapi yang bener-bener teman mah paling cuman ada beberapa doang, disekolah cuman 6 orang, dirumah kaga ada wkwkwk, di sosmed ada berapa yah? lupa banyak kalo sosmed mah, soalnya aku orangnya gapernah pilih-pilih temen *sebenernya , tapi malah orang mikir-mikir dulu kalau mau bertemen sama aku, heran kan? Apa yah? seperti ada kutukan gitu ke aku, aku selalu menghargai orang lain dalam hal apapun, tapi aku? Gapernah gitu dianggap ada di kehidupan mereka.
Oke di skip dulu ya ceritanya, nanti aku akan share cerita tak dianggapnya aku di kehidupan orang-orang yang aku anggap teman tapi justru mereka engga^_^
Pantengin terus blog aku yahh^^
Sekali lagi, jangan sungkan-sukan untuk curhat ke aku, sharing bareng, mau gila-gilaan bareng juga boleh, pokonya mah Welcome To My Jungle J
Leave Your Comment J

Kamis, 05 Februari 2015

ASA KU


Masih teringat kata-katamu semalam,,
Tercatat dalam benakku,,
Terlukis dalam fikiranku,,
Dan itu yang membuatku jatuh..

Mencoba sejenak menangkis itu,
Tapi gagal, semakin aku mengingatnya,,
Mengingat dimana engkau,,
Mulai terbang menggapai asa,,

Dengan tangis yang mulai kembali,,
Aku terbangun,,
Ku tatap kaca,,
Tuk melihat mataku,,

Air mata ini ,,
Sudah tak mau lagi tuk menetes,,
Sudah habis terurai semalam,,
Membasahi seluruh jiwa dan raga L

Aku akan mencoba,,
Mencoba maju kedepan,,
Tanpa sedikitpun menoleh ke belakang,,
Karena ingin mencoba mengubur semua harapan,,
Harapan kosong yang tak akan pernah bisa aku gapai,,

Dengan Bismillahhirahmanirrahim,,
Aku akan melangkah kedepan,,
Membuang keyakinanku,,
Tentang dirimu,,

Jumat, 21 November 2014

Mereka Memanggilku MELIA



Senja pagi membuatku terbangun dari indahnya bunga mimpi. Kutengok benda bertedak di samping tempatku berbaring. Jarum pendek jam menunjuk angka enam. Sontak aku kaget dan melongo. “Whatsss Gua Telaattttt!” aku lengsung berlari menuju tempatku membersihkan diri. Setelah diri ini sudah bersih dan sudah rapi tinggal bertudung lingkup. Maka ku berlari ke bawah menuju kenap yang sudah tersedia nasi goreng susu dan roti beserta selai kacang dan coklat di atasnya. Ku raih dua potong roti yang sudah berselimut selai coklat di atasnya. Ku bawa lari keluar rumah. “Bunda aku berangkat dulu ya. Assalamu’alaikum” Ucapku sembari mengambil sepedah dan mengayuhnya berangkat menuju tempatku menimba ilmu. “Hati-hati sayang” sahut Bunda.  Tepat pukul tujuh aku sampai di rumah keduaku. “Aiisshh telatt gua” ucapku yang melihat gerbang sekolah hendak di tutup. “Pakkkkkkk tungguuuuuuuuu” Teriakku pada pak satpam, kukayuh lebih kuat sepedahku ini. Dan akhirnya.. “Yes gua sampek, makasih pak” Ujarku sembari memarkirkan sepedah. Pak satpam hanya tertawa terkekeh melihat kelakuanku.
Ku lanjut berlari menuju ruang belajarku, berharap bapak atau ibu guru yang saat itu akan mengajar di kelasku belum datang. Namun ternyata salah, pak Bandi yang saat itu mengisi jam pertama pelajaran sudah berada dalam kelas, dan baru ku ingat ternyata hari itu ada ulangan. Pak Bandi yang terkenal sebagai guru paling killer di sekolah itu sontak terkejut melihat kedatanganku. “He kamu yang menyelinap, Habis dari mana?” Ucapnya yang membuat satu kelas terkejut. “Maaf pak saya habis dari toilet, sebenarnya saya sudah sampai dari tadi, berhubung tadi saya sakit perut jadi saya ke toilet dulu pak” sahutku tanpa sedikitpun rasa takut. “Lalu kenapa bawa tas? Memangnya di toilet kamu juga belajar pula?” Tanyanya penuh curiga. “Maaf pakk kan tadi saya buru-buru jadi ya ngga keburu untuk masuk kelas dulu, nanti kalo ke kelas dulu malah kebuang di jalan atuh. Gimana ? bukan begitu? Pak ?” jawabku yang mengundang gelak tawa kawan-kawan sekelas. “sudah-sudah duduk. Kerjakan soal dipapan sekarang”  hardik pak Bandi yang membuat kawan-kawan senyap. Satu jam berlalu akhirnnya dan jam pelajaran pun berganti, namun kebetulan bu Reni yang bertugas pada jam pelajaran ke tiga pada pagi hari itu berhalangan hadir. Seperti biasa jikalau ada jam kosong kawan-kawan mulai menata bangku menjadi kelompok kelompok, kelas menjadi gaduh, ada yang bergurau, ada yang tengah curhat, ada yang tengah bernyanyi. Serasa pasar burung telah pindah dalam ruang kelas kami. Aku beserta kelima temanku yang lain membundar, kami bercelatuk, bernyanyi dan bersenda gurau bersama, namun kami tidak hanya berlima, Dino dan kawan-kawannya bergabung dalam bulat banjaran kami. Kelaspun menjadi semakin ramai. Kemudian Dino menepuk punggungku “Ada apa?” Ujarku lalu menoleh kearahnya. “Lo berani banget bohongin guru, ga ada satu orangpun yang berani kayak lo! Apa lagi sama guru super Killer itu?” Ucapnya dengan nada kagum. “Halah udah biasa kelles, bukannya gua emang kayak gini yah orangnya?” Jawabku dengan nada meledek. Aku memang dikenal sebagai gadis yang brutal, mbules, dan pokoknya aku menjadi biang dari segala masalah. Namun jangan negative thingking dulu. Meski aku menjadi gadis yang sangat nakal. Namun aku juga tak pernah meninggalkan kewajibanku sebagai muslim , anak dan sebagai murid. Aku tetap belajar dan alhamdulillahnya aku masih menyandang peringkat satu tiap semester. Yah meski begitu aku tak pernah sombong dengan apa yang aku miliki.
Kriiing kriingg kriingg...
Bel pelajaran terakhirpun berbunyi, aku dan kelima temanku beranjak meninggalkan sekolah. “Kemana nih? Nanti sore? Ke tempat biasa?” Ajakku “Yah kalo lo lo pada nggak sibuk gua sih oka-oka aja buk? Gimana?” Sahut nensi. “Gua juga” Timpal dila dan yang lain. akhirnya kita berpisah di simpang empat. “Ketemu jam 3 yah” Ujar Ike. “Okah” jawab kami serempak.
Sesampainya di rumah. “Assalamu’alaikum bunda?” , tiada jawaban dari dalam hunianku. Sekali lagi ku coba memanggil bunda “Bunda, bukain dong!” tetap tak ada jawaban, maka langsung saja ku coba membuka pintu rumahku. “Bunda.. bunda di mana?”. Ketika aku melewati kamar bunda, aku mendengar suara sesenggukan, seperti ada yang menangis. Kontan aku membuka pintu kamar bunda yang tak terkunci. Kulihat di pojok kamar, bunda merunduk memeluk sebuah kertas dan foto yang akupun tak tahu apa isi dari foto dan kertas tersebut. Ku langkahkan kakiku mendekati bunda. “Bun, bunda kenapa?” tanyaku dengan nada takut. “Sayang... bundaa, bunda , bunn da nggak kuattt sama semua ini nakk, bunda nggak kuattt L” Ucapnya sambil sesenggukan. Kemudian bunda menyodorkan secarik kertas, yang baru kutahu ternyata itu sebuah surat. Di bawah sendiri adalah tanda tangan dari orang yang tak lagi asing untukku, yaitu ayah. Ku baca satu persatu kalimat yang tertera di kertas itu. Tak terasa air mataku pun menetes. Disitu tertulis kalau ayah meminta maaf kepada kami, karena belum bisa pulang dua tahun terakhir ini. Ayah adalah seorang medikus spesial kanker. Dan selama dua tahun ini memang ayah pergi ke luar negeri menjadi dokter relawan, karena pada saat itu banyak sekali pengidap kanker di negara itu. dan dua tahun sudah ayah meninggalkan kami. Dan siang siang itu menjadi kenangan terakhir yang di berikan ayah untuk kami. Ayah meninggal karena ternyata beliau juga mengidap penyakit kanker otak stadium akhir. Di situ juga di tulis bahwa cita-cita awal ayah ingin menjadi seorang dokter spesialis kanker karena ayah tidak ingin orang lain merasakan apa yang ayah rasakan. Aku pun menangis, aku tak kuasa menahan peluh yang sedari tadi kucoba tuk tahan. Aku tak kuasa. Ku berlari menuju halaman belakang. Aku berteriak, mengapa? Mengapa begini? Tak cukup adikku yang telah tiada sejak setahun lalu karena penyakit Kanker tulang yang bersarang di tubuh mungilnya. Tuhan, apa lagi ini? Mengapa engkau memanggil orang-orang yang ku cintai begitu cepat? Ada apa ini? Apa salahku?. Aku hanya bisa menjerit dalam tangis, aku tak lagi tahu apa yang harus aku lakukan. Tanpa terasa tubuhku terkulai lemas, dan akupun jatuh pingsan.
Setelah aku terbangun, aku tak tahu aku berada dimana, aku merasa sangat pusing. Setelah beberapa menit aku tersadar, aku berada di sebuah ruangan, kulihat bunda tertidur sembari memegang tanganku, kulihat sekeliling hanya ada bunda. “akh, aku di rumah sakit, ada apa ini? Aku kenapa?” tanyaku dalam hati. Tiba-tiba bunda terbangun, bunda terkejut melihatku yang sudah membuka mata dan hanya terdiam dengan selang di hidungku. “Kamu sudah bangun sayang? Bagaimana apa masih ada yang sakit?” tanya bunda yang terlihat seperti sangat mencemaskanku. Aku yang merasa belum kuat tuk berkata hanya bisa mengedipkan mata. “Buunnn..daa akkk kkuu kee nappaa?” Tanyaku terputus-putus karena masih sangat lemas. “Dua hari lalu kamu pingsan sayang, lalu kamu tak kungjung siuman lagu ibu bawa kesini, dan ternyata kamu,, kamuu menderita Helicobacter Pylori atau biasa kita kenal sebagai kanker Lambung sayang, kamu yang tabah ya nak, kamu masih bisa sembuh kok, hanya saja kamu harus menjalani kemoterapi” Jawab bunda yang tak henti-hentinya mitihkan airmata. Aku hanya terpaku? Apa? Penyakit yang jauh dari pemikiranku itu ternyata sekarang bersarang pada diri ini?. Tuhan? Apa lagi ini L.
“Nak, makan ya sayang, supaya kamu cepat sembuh terus kamu minum obat. “ Ucap bunda cemas karena sudah sehari ini aku tak mau makan. Akhirnya akupun mencoba memaksakan diri untuk makan, aku sudah tak mau membuat bunda menangis. “Bunda, jangan bilang siapa-siapa ya tentang ini. Oh iya? Apa kawan-kawan nyariin aku? Kaena sudah dua hari ini aku tak sekolah?” Tanyaku sambil mengunyah makanan di mulutku. “Iya sayang mereka nyariin kamu, bunda cuman bilang kalau kamu sakit kemaren mereka juga sempet kerumah” Jawab bunda sembari menyuapiku. “Bunda bilang aja kalau aku sakit typus dan bentar lagi sembuh. Aku nggak mau mereka kefikiran bun” Ucapku.
Seminggu kemudian.
Setelah aku lumayan pulih, aku berkehendak pulang. Teman-temanku menunggu di teras rumah, mereka menyambutku dengan bahagia. Aku tak ingin mereka mengetahui semuanya. “Maaf ya kita nggak jenguk lo, soalnya bunda lo melarang” Ucap risa. “Gue gapapa kok, nih buktinya gua gapapa? Iya kan? J” Ucapku dengan nada ceria, aku tak ingin terlihat lemah di depan mereka. “Masak preman sekolah sakit?” Ujar keyla di sambut gelak tawa kita semua. “berarti besok lo bisa sekolah donk? Enak lo kemren nggak masuk. Pak bandi marah-marah di kelas kita soalnya riko ketahuan bawa tape music , muter lagunya kenceng banget lagi. Nyeremin dah orangnya” Ucap Nensi. “Gila tuh anak, berani bener?” jawabku. “Tapi ada juga loh yang kangen sama lo” Ucap Dila dengan tatapan meledek. “Ciiyeee iyaa lohh ada juga ya yang kangen sama cewek brutal kayak lo?” Sambung Fira. “Ih lo semua apaan sih” Jawabku tersipu. “Ciyee, lo di kangenin tuh sama Dino, dia nyariin lo mulu, tapi gapapa sih , dia kan cakep tuh, baik lagi ditambah dia pinter. Klop dah :D cocok sama lu yang kebanyakan tingkah.” Ujar Nensi yang disambut tawa oleh teman-teman. Acara bergurau rianya berakhir. Rencana mereka hari itu akan menginap di rumahku. Namun karena ada yang mengganggu akhirnya acara menginap dibatalkan, akhirnya aku sendiri deh.
Kembali terngiang dikepalaku, aku tak habis fikir? Kenapa ini bisa terjadi padaku? Apa ini sudah jalannya? Apa ini sudah skenario dari Sang Ilahi? Aku hanya bisa merenung dan menjalani sisa hidupku L.
Pagi pun datang, ku lirik jam masih menunjukkan pukul lima, kulangkahkan kakiku menuju kamar mandi, ku ambil wudlu kemudian ku jalankan dua rakaat wajib pada pagi itu. selepas sholat aku menuju kamar bunda, aku tengok ternyata tidak ada tanda-tanda bunda dalam kamar tersebut. “Bunda kemana ya pagi-pagi kok sudah nggak ada” ucapku kebingungan. Tak sengaja aku menyenggol gelas di meja dekat pintu kamar bunda. “Pyarrr” gelas itu pecah. Saat aku hendak membersihkan pecahan gelas itu, aku melihat sebuah amplop coklat yang ternyata berisi, hasil Photo Rongen tubuhku. Disitu juga ada keterangan. Yang membuat aku terperangah adalah tulisan dokter yang menyatakan aku menderita kanker Lambung stadium akhir dan memfonis hidupku yang nggak akan lama lagi. Badanku terkulai lemas. Aku jatuh terhempas ke lantai, aku lupa kalau dibawah masih ada pecahan gelas. “Aww, sakiittt.” Tak terasa salah satu pecahan gelas menanpap di telapak tanganku. “Tuhan apa ini L” Ucapku dalam hati. Aku hanya bisa menangis.
Kemudian bunda datang, bunda terkejut melihat tangan kiriku yang berlumuran darah. Aku memperlihatkan surat dokter itu kepada bunda. “Jadi kamu sudah mengetahuinya nak?, maafkan bunda sayang, bunda tak bisa berkata jujur padamu, bunda takut kamu sedih” ucap bunda sembari memelukku. Akhirnya pagi itu kami berdua berselimutkan tangis.
“Kamu yakin ingin sekolah? Bunda antar ya?” Ucap bunda penuh kecemasan. Akhirnya pagi itu aku berangkat dengan banyak fikiran yang berkecamuk di otakku.
Sesampainya di sekolah, aku mencoba merubah sikapku, agar semua terlihat baik-baik saja. Dari kejauhan, kulihat Dino sedang menunggu seseorang di depan kelas. Dan ternyata dia menungguku, dia berlari menghampiriku. Dia terkejut melihat tanganku yang berbalut kain putih “Lo, lo kenapa? Tangan lo ? teruss gimana keadan lo habis pulang dari rumah sakit? Lo gapapa kan?” Cerocosnya, aku hanya tertawa melihat kelakuan kawan kecilku satu ini. “Hahaha, gua gapapa, ni tadi kena pecahan gelas. Soalnya gua masih ngantukk gak sengaja nampik gelas, eeh pecah. Pas gua mau beresin, eh malah tangan gua yang kena? Gua gapapa kok din J” ucapku. Dia pun menggandengku masuk kedalam kelas. Sampai di dalam, aku di kejutkan oleh sorak sorai teman-temanku. Mereka mungkin terkejut ketika aku di gandeng oleh Dino, yah dino terkenal anak yang cakep, pinter (meski nggak lebih pinter dari gua sih :D) dan tajir. Tak sedikit temanku yang suka sama dia. “Ciyeeee putri kodok lagi jalan sama pangeran keraton, ahemm2” Ujar Riko meledek, yang memancing kegaduhan di kelas. “Ih lo apaann sih, dia kan bukan putri kodok. Tapi Putri Salju” Sahut Dino yang membuat kelas semakin ramai. Akhirnya bel Masuk pun berbunyi.
Setelah dua jam berlalu, lonceng jam istirahatpun berbunyi, aku diseret oleh kelima teman-temanku menuju kantin. Seperti biasa kita bercanda ria sambil tak berhenti mengunyah. Nensi yang sadar kalau aku sedang memperhatikan seseorang segera menegurku “Woyy, wah ada yang lagi jatuh cinta nih?” Ucapnya yang sontak mengagetkanku. “Apa sih lo” Jawabku tersipu malu. “Ungkapin aja lagi, kenapa musti di tutupin, kita udah kelas 12, bentar lagi kita lulus, dia juga kan katanya mau ikut papanya ke singapore? Dan ngelanjut kuliah disana? Lagian juga, dia udah ngasih kode kalo dia suka juga sama lo.” Ujar Keyla. “Tau nih, lo kan udah hampir 6 tahun suka sama dia, kuat banget lo nyembunyiin semuanya, rapi banget lagi kayak ga ada apa-apa?” Timpal Risa. Aku emang suka sama Dino, dan kitapun kenal udah dari kecil. Namun aku tak pernah berucap kalau aku suka sama dia. Aku hanya membalas ucapan mereka dengan senyuman.
Jam istirahat berakhir. Kita tinggal melanjutkan sisa jam pelajaran yang ada.
Setelah semua berakhir, kami bergegas menuju parkiran untuk mengambil sepedah masing-masing “Lo ga bawa sepedah?” tanya Dila padaku. “Enggak gua tadi di anter bunda” sahutku. “Yah, kita sih mau nebengin lo, tapi lo lihat sendiri kan sepedah kita pada butut.” Ucap Fira. “kita tungguin lo aja sampai di jemput gimana?” Ujar Keyla. “Okah thanks ya sayanggg-sayangkuu” Jawabku, setengah jam berlalu, aku tak kunjung di jemput, tiba-tiba “Dorrrr” suara seseorang yang tak lagi asing di telingakupun hadir mengejutkan kami. “Eh lo din, ihh kesel deh gua, kaget tau, lo tuh !” ujar Risa dengan nada sensi. “Habis lo semua pada tegang sih yaudah gua kagetin aja, biar ga tegang-tegang. Eh lo semua ngapain di sini?” Jawab Dino dengan menimpal senyum padaku. “Nih princess lo belom di jemput, lo sendiri? Kenapa baru pulang? Eh lo sendiri ? tumben ? mana vinsen? Biasanya lo ama dia? Ehhh, gimana kalo lo anter princess lo? Sekali-sekali? Kan kasihan sendirian?” Cerocos Keyla tanpa jeda. “Oke bos” Jawab Dino singkat.
Akhirnya aku diantar pulang oleh dino. Di perjalanan pulang, aku hanya bisa senyum-senyum yah maklum saja, jarang-jarang aku di antar oleh cowok kesayanganku, jiahh sayang bukan cowokku :D.
Sesampainya didepan rumah dia langsung ingin pulang “Lo ngga mampir dulu?” Ucapku sebelum dia beranjak. “Nggak ah, lain kali aja. Btw sabtu besok lo free? Gua pengen ajak lo jalan boleh?” Sahutnya. “Iyah” jawabku singkat. Akhirnya diapun bergegas pulang.
Aku berlari menuju kamar. “Woooeeyyyyyy gua bahagiaaaa , woooeeyyyy J” tak henti-hentinya aku berteriak kegirangan. Siang malam aku tak henti-hentinya memikirkan kejadian tadi siang . Sampai aku lupa kalau aku tak boleh terlalu capek dan telat makan. Akhirnya perutku terasa sakit kembali. Aku merasa seperti ada yang menusuk-nusuk, sakiit banget. Akhirnya karena tak kuasa menahan sakit yang aku rasa , jatuhlah aku tersungkur tak berdaya.
Setelah berhari-hari aku tak bangun karena koma, dan pada saat itu keadaanku sangat kritis kata dokter. Akhirnya pada hari ke tiga akhirnya aku terbangun, disitu aku sedang dikelilingi oleh sahabat-sahabat tercintaku dan pula ada sosok yang aku cintai yaitu Dino, mereka menangis tersedu-sedu. Aku yang baru bangun tak mengerti akan apa yang terjadi. Aku ingin berbicara namun sungguh susah, Keyla yang memergokiku tengah siuman, segera mencoba untuk mengusap airmata yang berlinang, dan memberiku sambutan dengan senyum yang indah. “Hey lo udah siuman sayang?” Ucapnya dengan nada ceria namun sedikit terpaksa. “Lo gapapa kan? Lo baik-baik aja kan? Lo mau apa?” Timpal Dino cemas. “Gguuueee gaa kk paa paaa” jawabku memaksakan. Aku yang hanya bisa melihat semua orang-orang yang mencintaiku menangis penuh sesal, mereka menuturkan bahwa mereka baru mengetahui kalau aku menderita sakit yang sangat parah. Namun aku hanya bisa terdiam.
Karena kondisiku yang semakin memburuk, maka dokter memutuskan untuk menjalankan kemoterapi untuk kesembuhanku. Bunda pun menyetujui atas apa yang di anjurkan oleh dokter.
Aku hanya bisa pasrah dan tak henti-hentinya berdo’a kepada Sang Ilahi, teman-temanku pula terus membantu menguatkanku. Setelah tiga kali menjalankan kemoterapi dan efeknya sudah ku rasakan karena bulu-bulu halus sampai rambut dikepalaku sudah rontok dan hampir habis karena bahan-bahan kimia yang dimasukkan dalam tubuhku terlalu keras. Terasalah kalau tubuhku mulai kembali normal. Aku bersyukur, karena aku masih diberikan kesempatan untuk menghirup udara segar ini lagi. Belum sampai disitu, aku harus melakukan oprasi kecil pengangkatan sel jahat yang membuat lambungku sampai seperti ini.
“Subhanalloh, Maha Suci Allah keajaiban Tuhan yang sangat luar biasa. Kanker ganas sekelas Helicobacter Pylori ini bisa kamu kalahkan, sungguh Allah telah memberi kekuatan pada kamu nak. Selamat dengan ini saya dan pihak Rumah Sakit Anugrah menyatakan Kamu telah sembuh dan bersih dari Kanker Lambung atau Helicobacter Pylori” Ucap Pak Dokter sembari menjabat tanganku. Senyumpun merekah pada kami semua, bunda memelukku. Kawan-kawanku menangis bahagia atas apa yang sudah diberikan Oleh Allah.
Keesokan harinya.
Aku berangkat menuju sekolah dengan perasaan penuh semangat. Semua kawanku menyambut bahagia.
Pada jam istirahat. Dion mengajakku kebelakang sekolah, entah apa yang ingin dia katakan. “Gue suka sama lo, lo mau nggak nerima cinta gue?” Ucapnya yang sontak mengejutkanku. Aku terperangah mendengar itu semua, dan tanpa kusadari aku tengah mengangguk. Dia pun sangat bahagia.
Aku bagai Putri Kerajaan yang memiliki semua hal yang telah aku impikan. Aku bahagia dengan orang-orang yang dekat dan mencintaiku. Aku menjadi seperti sediakala Gadis remaja yang nakal, usil dan nyebelin namun ngangenin .
Sampai suatu hari, setelah hampir 12 bulan aku menjalani kehidupan normalku yang indah bagai siang yang selalu dihiasi terang sang Mentari. Aku kembali merasakan rasa sakit itu. apa lagi ini tuhan? Apa yang kembali kau hadirkan dalam diri ini?
Aku meringis kesakitan. Bunda pun cemas. Aku segera dilarikan ke Rumah sakit.
Dan benar saja, sel jahat itu kembali lagi, kali ini dokter menerangkan bahwa sel yang ini lebih kuat dari yang sebelumnya. Aku hanya bisa pasrah. Aku berpesan ke bunda supaya tidak bilang kesiapapun akan hal ini.
Berbagai macam cara untuk menyembuhkanku kembali dilakukan. Namun kali ini sel Kanker ini lebih kuat. Sehingga pada akhirnya dokter dan seluruh pihak rumah sakit pun menyerah, dan aku pun sudah menyerahkan semua pada yang maha kuasa.
Satu hari dimana aku sudah mulai lelah akan semua ini, sahabat-sahabatku beserta Dion kekasihku datang. Mereka kembali merasakan sesal yang hebat. Dan kali ini mereka juga bilang kalau mereka pun ikhlas dan merelakanku pergi. Aku bahagia, aku senang karena aku merasa nggak sendiri dalam semua ini. Ada orang-orang yang begitu mencintaiku.
Dan pada saatnya tiba, aku sudah tak kuasa lagi menahan semua, aku serasa terbang melayang. Aku terbangun disuatu tempat yang indah, dan disitu aku merasa tak sakit lagi.
Kulihat diseberang sana ada Bunda, Dion, Nensi, Keyla, Risa, Dila dan Fira melambaikan tangan dan memberi senyuman indah kearahku. Aku kini telah tiada namun mereka semua, orang-orang yang mencintaiku, tiada akhir menghanturkan do’a untukku.
Mungkin aku terkenal karena kenakalanku.
Namun kata mereka yang mencintaiku, namaku terlalu terlukis indah dalam ingatan mereka.
Kenakalanku, keisenganku dan manjaku. Itu semua yang membuat mereka mencintaiku. Dan kenangan-kenangan indahku akan terus teringat seperti wangi Bunga yang Indah seindah namaku, dan mereka semua memanggilku Melia, KAMELIA AZZAHRA.