Senja pagi
membuatku terbangun dari indahnya bunga mimpi. Kutengok benda bertedak di
samping tempatku berbaring. Jarum pendek jam menunjuk angka enam. Sontak aku
kaget dan melongo. “Whatsss Gua Telaattttt!” aku lengsung berlari menuju
tempatku membersihkan diri. Setelah diri ini sudah bersih dan sudah rapi
tinggal bertudung lingkup. Maka ku berlari ke bawah menuju kenap yang sudah
tersedia nasi goreng susu dan roti beserta selai kacang dan coklat di atasnya.
Ku raih dua potong roti yang sudah berselimut selai coklat di atasnya. Ku bawa
lari keluar rumah. “Bunda aku berangkat dulu ya. Assalamu’alaikum” Ucapku
sembari mengambil sepedah dan mengayuhnya berangkat menuju tempatku menimba
ilmu. “Hati-hati sayang” sahut Bunda.
Tepat pukul tujuh aku sampai di rumah keduaku. “Aiisshh telatt gua”
ucapku yang melihat gerbang sekolah hendak di tutup. “Pakkkkkkk tungguuuuuuuuu”
Teriakku pada pak satpam, kukayuh lebih kuat sepedahku ini. Dan akhirnya.. “Yes
gua sampek, makasih pak” Ujarku sembari memarkirkan sepedah. Pak satpam hanya
tertawa terkekeh melihat kelakuanku.
Ku lanjut
berlari menuju ruang belajarku, berharap bapak atau ibu guru yang saat itu akan
mengajar di kelasku belum datang. Namun ternyata salah, pak Bandi yang saat itu
mengisi jam pertama pelajaran sudah berada dalam kelas, dan baru ku ingat
ternyata hari itu ada ulangan. Pak Bandi yang terkenal sebagai guru paling
killer di sekolah itu sontak terkejut melihat kedatanganku. “He kamu yang
menyelinap, Habis dari mana?” Ucapnya yang membuat satu kelas terkejut. “Maaf
pak saya habis dari toilet, sebenarnya saya sudah sampai dari tadi, berhubung
tadi saya sakit perut jadi saya ke toilet dulu pak” sahutku tanpa sedikitpun
rasa takut. “Lalu kenapa bawa tas? Memangnya di toilet kamu juga belajar pula?”
Tanyanya penuh curiga. “Maaf pakk kan tadi saya buru-buru jadi ya ngga keburu
untuk masuk kelas dulu, nanti kalo ke kelas dulu malah kebuang di jalan atuh.
Gimana ? bukan begitu? Pak ?” jawabku yang mengundang gelak tawa kawan-kawan
sekelas. “sudah-sudah duduk. Kerjakan soal dipapan sekarang” hardik pak Bandi yang membuat kawan-kawan
senyap. Satu jam berlalu akhirnnya dan jam pelajaran pun berganti, namun
kebetulan bu Reni yang bertugas pada jam pelajaran ke tiga pada pagi hari itu
berhalangan hadir. Seperti biasa jikalau ada jam kosong kawan-kawan mulai
menata bangku menjadi kelompok kelompok, kelas menjadi gaduh, ada yang
bergurau, ada yang tengah curhat, ada yang tengah bernyanyi. Serasa pasar burung
telah pindah dalam ruang kelas kami. Aku beserta kelima temanku yang lain
membundar, kami bercelatuk, bernyanyi dan bersenda gurau bersama, namun kami
tidak hanya berlima, Dino dan kawan-kawannya bergabung dalam bulat banjaran
kami. Kelaspun menjadi semakin ramai. Kemudian Dino menepuk punggungku “Ada
apa?” Ujarku lalu menoleh kearahnya. “Lo berani banget bohongin guru, ga ada
satu orangpun yang berani kayak lo! Apa lagi sama guru super Killer itu?”
Ucapnya dengan nada kagum. “Halah udah biasa kelles, bukannya gua emang kayak
gini yah orangnya?” Jawabku dengan nada meledek. Aku memang dikenal sebagai
gadis yang brutal, mbules, dan pokoknya aku menjadi biang dari segala masalah.
Namun jangan negative thingking dulu. Meski aku menjadi gadis yang sangat
nakal. Namun aku juga tak pernah meninggalkan kewajibanku sebagai muslim , anak
dan sebagai murid. Aku tetap belajar dan alhamdulillahnya aku masih menyandang
peringkat satu tiap semester. Yah meski begitu aku tak pernah sombong dengan
apa yang aku miliki.
Kriiing kriingg
kriingg...
Bel pelajaran
terakhirpun berbunyi, aku dan kelima temanku beranjak meninggalkan sekolah.
“Kemana nih? Nanti sore? Ke tempat biasa?” Ajakku “Yah kalo lo lo pada nggak
sibuk gua sih oka-oka aja buk? Gimana?” Sahut nensi. “Gua juga” Timpal dila dan
yang lain. akhirnya kita berpisah di simpang empat. “Ketemu jam 3 yah” Ujar
Ike. “Okah” jawab kami serempak.
Sesampainya di
rumah. “Assalamu’alaikum bunda?” , tiada jawaban dari dalam hunianku. Sekali
lagi ku coba memanggil bunda “Bunda, bukain dong!” tetap tak ada jawaban, maka
langsung saja ku coba membuka pintu rumahku. “Bunda.. bunda di mana?”. Ketika
aku melewati kamar bunda, aku mendengar suara sesenggukan, seperti ada yang
menangis. Kontan aku membuka pintu kamar bunda yang tak terkunci. Kulihat di
pojok kamar, bunda merunduk memeluk sebuah kertas dan foto yang akupun tak tahu
apa isi dari foto dan kertas tersebut. Ku langkahkan kakiku mendekati bunda.
“Bun, bunda kenapa?” tanyaku dengan nada takut. “Sayang... bundaa, bunda , bunn
da nggak kuattt sama semua ini nakk, bunda nggak kuattt L” Ucapnya sambil sesenggukan. Kemudian bunda menyodorkan secarik
kertas, yang baru kutahu ternyata itu sebuah surat. Di bawah sendiri adalah
tanda tangan dari orang yang tak lagi asing untukku, yaitu ayah. Ku baca satu
persatu kalimat yang tertera di kertas itu. Tak terasa air mataku pun menetes. Disitu
tertulis kalau ayah meminta maaf kepada kami, karena belum bisa pulang dua
tahun terakhir ini. Ayah adalah seorang medikus spesial kanker. Dan selama dua
tahun ini memang ayah pergi ke luar negeri menjadi dokter relawan, karena pada
saat itu banyak sekali pengidap kanker di negara itu. dan dua tahun sudah ayah
meninggalkan kami. Dan siang siang itu menjadi kenangan terakhir yang di
berikan ayah untuk kami. Ayah meninggal karena ternyata beliau juga mengidap
penyakit kanker otak stadium akhir. Di situ juga di tulis bahwa cita-cita awal
ayah ingin menjadi seorang dokter spesialis kanker karena ayah tidak ingin
orang lain merasakan apa yang ayah rasakan. Aku pun menangis, aku tak kuasa
menahan peluh yang sedari tadi kucoba tuk tahan. Aku tak kuasa. Ku berlari
menuju halaman belakang. Aku berteriak, mengapa? Mengapa begini? Tak cukup
adikku yang telah tiada sejak setahun lalu karena penyakit Kanker tulang yang
bersarang di tubuh mungilnya. Tuhan, apa lagi ini? Mengapa engkau memanggil
orang-orang yang ku cintai begitu cepat? Ada apa ini? Apa salahku?. Aku hanya
bisa menjerit dalam tangis, aku tak lagi tahu apa yang harus aku lakukan. Tanpa
terasa tubuhku terkulai lemas, dan akupun jatuh pingsan.
Setelah aku
terbangun, aku tak tahu aku berada dimana, aku merasa sangat pusing. Setelah
beberapa menit aku tersadar, aku berada di sebuah ruangan, kulihat bunda
tertidur sembari memegang tanganku, kulihat sekeliling hanya ada bunda. “akh,
aku di rumah sakit, ada apa ini? Aku kenapa?” tanyaku dalam hati. Tiba-tiba
bunda terbangun, bunda terkejut melihatku yang sudah membuka mata dan hanya
terdiam dengan selang di hidungku. “Kamu sudah bangun sayang? Bagaimana apa
masih ada yang sakit?” tanya bunda yang terlihat seperti sangat mencemaskanku.
Aku yang merasa belum kuat tuk berkata hanya bisa mengedipkan mata.
“Buunnn..daa akkk kkuu kee nappaa?” Tanyaku terputus-putus karena masih sangat
lemas. “Dua hari lalu kamu pingsan sayang, lalu kamu tak kungjung siuman lagu
ibu bawa kesini, dan ternyata kamu,, kamuu menderita Helicobacter Pylori atau
biasa kita kenal sebagai kanker Lambung sayang, kamu yang tabah ya nak, kamu
masih bisa sembuh kok, hanya saja kamu harus menjalani kemoterapi” Jawab bunda
yang tak henti-hentinya mitihkan airmata. Aku hanya terpaku? Apa? Penyakit yang
jauh dari pemikiranku itu ternyata sekarang bersarang pada diri ini?. Tuhan?
Apa lagi ini L.
“Nak, makan ya
sayang, supaya kamu cepat sembuh terus kamu minum obat. “ Ucap bunda cemas
karena sudah sehari ini aku tak mau makan. Akhirnya akupun mencoba memaksakan
diri untuk makan, aku sudah tak mau membuat bunda menangis. “Bunda, jangan
bilang siapa-siapa ya tentang ini. Oh iya? Apa kawan-kawan nyariin aku? Kaena
sudah dua hari ini aku tak sekolah?” Tanyaku sambil mengunyah makanan di
mulutku. “Iya sayang mereka nyariin kamu, bunda cuman bilang kalau kamu sakit
kemaren mereka juga sempet kerumah” Jawab bunda sembari menyuapiku. “Bunda
bilang aja kalau aku sakit typus dan bentar lagi sembuh. Aku nggak mau mereka
kefikiran bun” Ucapku.
Seminggu
kemudian.
Setelah aku
lumayan pulih, aku berkehendak pulang. Teman-temanku menunggu di teras rumah,
mereka menyambutku dengan bahagia. Aku tak ingin mereka mengetahui semuanya.
“Maaf ya kita nggak jenguk lo, soalnya bunda lo melarang” Ucap risa. “Gue
gapapa kok, nih buktinya gua gapapa? Iya kan? J” Ucapku dengan nada ceria, aku tak ingin terlihat lemah di depan
mereka. “Masak preman sekolah sakit?” Ujar keyla di sambut gelak tawa kita
semua. “berarti besok lo bisa sekolah donk? Enak lo kemren nggak masuk. Pak
bandi marah-marah di kelas kita soalnya riko ketahuan bawa tape music , muter
lagunya kenceng banget lagi. Nyeremin dah orangnya” Ucap Nensi. “Gila tuh anak,
berani bener?” jawabku. “Tapi ada juga loh yang kangen sama lo” Ucap Dila
dengan tatapan meledek. “Ciiyeee iyaa lohh ada juga ya yang kangen sama cewek
brutal kayak lo?” Sambung Fira. “Ih lo semua apaan sih” Jawabku tersipu.
“Ciyee, lo di kangenin tuh sama Dino, dia nyariin lo mulu, tapi gapapa sih ,
dia kan cakep tuh, baik lagi ditambah dia pinter. Klop dah :D cocok sama lu
yang kebanyakan tingkah.” Ujar Nensi yang disambut tawa oleh teman-teman. Acara
bergurau rianya berakhir. Rencana mereka hari itu akan menginap di rumahku.
Namun karena ada yang mengganggu akhirnya acara menginap dibatalkan, akhirnya
aku sendiri deh.
Kembali
terngiang dikepalaku, aku tak habis fikir? Kenapa ini bisa terjadi padaku? Apa
ini sudah jalannya? Apa ini sudah skenario dari Sang Ilahi? Aku hanya bisa
merenung dan menjalani sisa hidupku L.
Pagi pun
datang, ku lirik jam masih menunjukkan pukul lima, kulangkahkan kakiku menuju
kamar mandi, ku ambil wudlu kemudian ku jalankan dua rakaat wajib pada pagi
itu. selepas sholat aku menuju kamar bunda, aku tengok ternyata tidak ada
tanda-tanda bunda dalam kamar tersebut. “Bunda kemana ya pagi-pagi kok sudah
nggak ada” ucapku kebingungan. Tak sengaja aku menyenggol gelas di meja dekat
pintu kamar bunda. “Pyarrr” gelas itu pecah. Saat aku hendak membersihkan
pecahan gelas itu, aku melihat sebuah amplop coklat yang ternyata berisi, hasil
Photo Rongen tubuhku. Disitu juga ada keterangan. Yang membuat aku terperangah
adalah tulisan dokter yang menyatakan aku menderita kanker Lambung stadium
akhir dan memfonis hidupku yang nggak akan lama lagi. Badanku terkulai lemas.
Aku jatuh terhempas ke lantai, aku lupa kalau dibawah masih ada pecahan gelas.
“Aww, sakiittt.” Tak terasa salah satu pecahan gelas menanpap di telapak
tanganku. “Tuhan apa ini L” Ucapku dalam hati. Aku hanya bisa menangis.
Kemudian bunda
datang, bunda terkejut melihat tangan kiriku yang berlumuran darah. Aku
memperlihatkan surat dokter itu kepada bunda. “Jadi kamu sudah mengetahuinya
nak?, maafkan bunda sayang, bunda tak bisa berkata jujur padamu, bunda takut
kamu sedih” ucap bunda sembari memelukku. Akhirnya pagi itu kami berdua
berselimutkan tangis.
“Kamu yakin
ingin sekolah? Bunda antar ya?” Ucap bunda penuh kecemasan. Akhirnya pagi itu
aku berangkat dengan banyak fikiran yang berkecamuk di otakku.
Sesampainya di
sekolah, aku mencoba merubah sikapku, agar semua terlihat baik-baik saja. Dari
kejauhan, kulihat Dino sedang menunggu seseorang di depan kelas. Dan ternyata
dia menungguku, dia berlari menghampiriku. Dia terkejut melihat tanganku yang
berbalut kain putih “Lo, lo kenapa? Tangan lo ? teruss gimana keadan lo habis
pulang dari rumah sakit? Lo gapapa kan?” Cerocosnya, aku hanya tertawa melihat
kelakuan kawan kecilku satu ini. “Hahaha, gua gapapa, ni tadi kena pecahan
gelas. Soalnya gua masih ngantukk gak sengaja nampik gelas, eeh pecah. Pas gua mau beresin, eh malah
tangan gua yang kena? Gua gapapa kok din J” ucapku. Dia pun
menggandengku masuk kedalam kelas. Sampai di dalam, aku di kejutkan oleh sorak
sorai teman-temanku. Mereka mungkin terkejut ketika aku di gandeng oleh Dino,
yah dino terkenal anak yang cakep, pinter (meski nggak lebih pinter dari gua
sih :D) dan tajir. Tak sedikit temanku yang suka sama dia. “Ciyeeee putri kodok
lagi jalan sama pangeran keraton, ahemm2” Ujar Riko meledek, yang memancing
kegaduhan di kelas. “Ih lo apaann sih, dia kan bukan putri kodok. Tapi Putri
Salju” Sahut Dino yang membuat kelas semakin ramai. Akhirnya bel Masuk pun
berbunyi.
Setelah dua jam berlalu, lonceng jam istirahatpun
berbunyi, aku diseret oleh kelima teman-temanku menuju kantin. Seperti biasa
kita bercanda ria sambil tak berhenti mengunyah. Nensi yang sadar kalau aku
sedang memperhatikan seseorang segera menegurku “Woyy, wah ada yang lagi jatuh
cinta nih?” Ucapnya yang sontak mengagetkanku. “Apa sih lo” Jawabku tersipu
malu. “Ungkapin aja lagi, kenapa musti di tutupin, kita udah kelas 12, bentar
lagi kita lulus, dia juga kan katanya mau ikut papanya ke singapore? Dan
ngelanjut kuliah disana? Lagian juga, dia udah ngasih kode kalo dia suka juga
sama lo.” Ujar Keyla. “Tau nih, lo kan udah hampir 6 tahun suka sama dia, kuat
banget lo nyembunyiin semuanya, rapi banget lagi kayak ga ada apa-apa?” Timpal
Risa. Aku emang suka sama Dino, dan kitapun kenal udah dari kecil. Namun aku
tak pernah berucap kalau aku suka sama dia. Aku hanya membalas ucapan mereka
dengan senyuman.
Jam istirahat berakhir. Kita tinggal melanjutkan sisa jam
pelajaran yang ada.
Setelah semua berakhir, kami bergegas menuju parkiran
untuk mengambil sepedah masing-masing “Lo ga bawa sepedah?” tanya Dila padaku.
“Enggak gua tadi di anter bunda” sahutku. “Yah, kita sih mau nebengin lo, tapi
lo lihat sendiri kan sepedah kita pada butut.” Ucap Fira. “kita tungguin lo aja
sampai di jemput gimana?” Ujar Keyla. “Okah thanks ya sayanggg-sayangkuu”
Jawabku, setengah jam berlalu, aku tak kunjung di jemput, tiba-tiba “Dorrrr”
suara seseorang yang tak lagi asing di telingakupun hadir mengejutkan kami. “Eh
lo din, ihh kesel deh gua, kaget tau, lo tuh !” ujar Risa dengan nada sensi.
“Habis lo semua pada tegang sih yaudah gua kagetin aja, biar ga tegang-tegang.
Eh lo semua ngapain di sini?” Jawab Dino dengan menimpal senyum padaku. “Nih
princess lo belom di jemput, lo sendiri? Kenapa baru pulang? Eh lo sendiri ?
tumben ? mana vinsen? Biasanya lo ama dia? Ehhh, gimana kalo lo anter princess
lo? Sekali-sekali? Kan kasihan sendirian?” Cerocos Keyla tanpa jeda. “Oke bos”
Jawab Dino singkat.
Akhirnya aku diantar pulang oleh dino. Di perjalanan
pulang, aku hanya bisa senyum-senyum yah maklum saja, jarang-jarang aku di
antar oleh cowok kesayanganku, jiahh sayang bukan cowokku :D.
Sesampainya didepan rumah dia langsung ingin pulang “Lo
ngga mampir dulu?” Ucapku sebelum dia beranjak. “Nggak ah, lain kali aja. Btw
sabtu besok lo free? Gua pengen ajak lo jalan boleh?” Sahutnya. “Iyah” jawabku
singkat. Akhirnya diapun bergegas pulang.
Aku berlari menuju kamar. “Woooeeyyyyyy gua bahagiaaaa ,
woooeeyyyy J” tak henti-hentinya aku berteriak kegirangan. Siang malam
aku tak henti-hentinya memikirkan kejadian tadi siang . Sampai aku lupa kalau
aku tak boleh terlalu capek dan telat makan. Akhirnya perutku terasa sakit
kembali. Aku merasa seperti ada yang menusuk-nusuk, sakiit banget. Akhirnya
karena tak kuasa menahan sakit yang aku rasa , jatuhlah aku tersungkur tak
berdaya.
Setelah berhari-hari aku tak bangun karena koma, dan pada
saat itu keadaanku sangat kritis kata dokter. Akhirnya pada hari ke tiga
akhirnya aku terbangun, disitu aku sedang dikelilingi oleh sahabat-sahabat
tercintaku dan pula ada sosok yang aku cintai yaitu Dino, mereka menangis
tersedu-sedu. Aku yang baru bangun tak mengerti akan apa yang terjadi. Aku
ingin berbicara namun sungguh susah, Keyla yang memergokiku tengah siuman, segera
mencoba untuk mengusap airmata yang berlinang, dan memberiku sambutan dengan
senyum yang indah. “Hey lo udah siuman sayang?” Ucapnya dengan nada ceria namun
sedikit terpaksa. “Lo gapapa kan? Lo baik-baik aja kan? Lo mau apa?” Timpal
Dino cemas. “Gguuueee gaa kk paa paaa” jawabku memaksakan. Aku yang hanya bisa
melihat semua orang-orang yang mencintaiku menangis penuh sesal, mereka
menuturkan bahwa mereka baru mengetahui kalau aku menderita sakit yang sangat
parah. Namun aku hanya bisa terdiam.
Karena kondisiku yang semakin memburuk, maka dokter
memutuskan untuk menjalankan kemoterapi untuk kesembuhanku. Bunda pun
menyetujui atas apa yang di anjurkan oleh dokter.
Aku hanya bisa pasrah dan tak henti-hentinya berdo’a
kepada Sang Ilahi, teman-temanku pula terus membantu menguatkanku. Setelah tiga
kali menjalankan kemoterapi dan efeknya sudah ku rasakan karena bulu-bulu halus
sampai rambut dikepalaku sudah rontok dan hampir habis karena bahan-bahan kimia
yang dimasukkan dalam tubuhku terlalu keras. Terasalah kalau tubuhku mulai
kembali normal. Aku bersyukur, karena aku masih diberikan kesempatan untuk
menghirup udara segar ini lagi. Belum sampai disitu, aku harus melakukan oprasi
kecil pengangkatan sel jahat yang membuat lambungku sampai seperti ini.
“Subhanalloh, Maha Suci Allah keajaiban Tuhan yang sangat
luar biasa. Kanker ganas sekelas Helicobacter Pylori ini bisa kamu kalahkan,
sungguh Allah telah memberi kekuatan pada kamu nak. Selamat dengan ini saya dan
pihak Rumah Sakit Anugrah menyatakan Kamu telah sembuh dan bersih dari Kanker
Lambung atau Helicobacter Pylori” Ucap Pak Dokter sembari menjabat tanganku.
Senyumpun merekah pada kami semua, bunda memelukku. Kawan-kawanku menangis
bahagia atas apa yang sudah diberikan Oleh Allah.
Keesokan harinya.
Aku berangkat menuju sekolah dengan perasaan penuh
semangat. Semua kawanku menyambut bahagia.
Pada jam istirahat. Dion mengajakku kebelakang sekolah,
entah apa yang ingin dia katakan. “Gue suka sama lo, lo mau nggak nerima cinta
gue?” Ucapnya yang sontak mengejutkanku. Aku terperangah mendengar itu semua,
dan tanpa kusadari aku tengah mengangguk. Dia pun sangat bahagia.
Aku bagai Putri Kerajaan yang memiliki semua hal yang
telah aku impikan. Aku bahagia dengan orang-orang yang dekat dan mencintaiku.
Aku menjadi seperti sediakala Gadis remaja yang nakal, usil dan nyebelin namun
ngangenin .
Sampai suatu hari, setelah hampir 12 bulan aku menjalani
kehidupan normalku yang indah bagai siang yang selalu dihiasi terang sang
Mentari. Aku kembali merasakan rasa sakit itu. apa lagi ini tuhan? Apa yang
kembali kau hadirkan dalam diri ini?
Aku meringis kesakitan. Bunda pun cemas. Aku segera
dilarikan ke Rumah sakit.
Dan benar saja, sel jahat itu kembali lagi, kali ini
dokter menerangkan bahwa sel yang ini lebih kuat dari yang sebelumnya. Aku
hanya bisa pasrah. Aku berpesan ke bunda supaya tidak bilang kesiapapun akan
hal ini.
Berbagai macam cara untuk menyembuhkanku kembali
dilakukan. Namun kali ini sel Kanker ini lebih kuat. Sehingga pada akhirnya
dokter dan seluruh pihak rumah sakit pun menyerah, dan aku pun sudah
menyerahkan semua pada yang maha kuasa.
Satu hari dimana aku sudah mulai lelah akan semua ini,
sahabat-sahabatku beserta Dion kekasihku datang. Mereka kembali merasakan sesal
yang hebat. Dan kali ini mereka juga bilang kalau mereka pun ikhlas dan
merelakanku pergi. Aku bahagia, aku senang karena aku merasa nggak sendiri
dalam semua ini. Ada orang-orang yang begitu mencintaiku.
Dan pada saatnya tiba, aku sudah tak kuasa lagi menahan
semua, aku serasa terbang melayang. Aku terbangun disuatu tempat yang indah,
dan disitu aku merasa tak sakit lagi.
Kulihat diseberang sana ada Bunda, Dion, Nensi, Keyla,
Risa, Dila dan Fira melambaikan tangan dan memberi senyuman indah kearahku. Aku
kini telah tiada namun mereka semua, orang-orang yang mencintaiku, tiada akhir
menghanturkan do’a untukku.
Mungkin aku terkenal karena kenakalanku.
Namun kata mereka yang mencintaiku, namaku terlalu
terlukis indah dalam ingatan mereka.
Kenakalanku, keisenganku dan manjaku. Itu semua yang
membuat mereka mencintaiku. Dan kenangan-kenangan indahku akan terus teringat
seperti wangi Bunga yang Indah seindah namaku, dan mereka semua memanggilku
Melia, KAMELIA AZZAHRA.